Rabu, 23 Maret 2011

Inilah film yang membuat yahudi meradang


Film terbaru besutan 24 Frame, Miral, membuat komunitas Yahudi Amerika Serikat mencak-mencak. Miral berkisah tentang hubungan seorang gadis Palestina muda dengan terorisme dan Israel setelah perang  1948 untuk kemerdekaan Israel. Komite Yahudi Amerika (ACJ) menyerukan kepada pimpinan  Majelis Umum PBB untuk membatalkan pemutaran perdana yang direncanakan dilakukan di markas PBB di New York.

Komite Yahudi Amerika berpendapat film ini menggambarkan Israel secara negatif. Dalam sebuah surat kepada badan dunia itu,  Direktur Eksekutif ACJ, David Harris, mengatakan pemutaran film di ruang Majelis Umum PBB, "hanya akan berfungsi untuk memperkuat pandangan sudah luas bahwa Israel tidak bisa mengharapkan perlakuan yang adil di PBB."

Schnabel, seorang Yahudi Amerika, bersama dengan distributor film Yahudi-Amerika, Harvey Weinstein,  menolak tuduhan bias dan telah mengundang perwakilan AJC untuk premiere hari Senin. "Kami terkejut dan sedih bahwa Komite Yahudi Amerika  berprasangka terhadap Miral," kata produser film Jon Kilik. "Kami membuat film ini dalam rangka mendorong dialog."

Schnabel, yang melakukan syuting di Yerusalem dan Tepi Barat, menambahkan, "Saya mencintai negara Israel. Dan film saya adalah tentang menjaga hal itu, tidak menyakitinya. Memahami adalah bagian dari cara Yahudi, dan Yahudi  yang seharusnya menjadi pendengar yang baik. Jika kita tidak mendengarkan sisi lain, kita tidak pernah memiliki perdamaian."

Miral didasarkan pada novel otobiografi jurnalis Palestina Rula Jebreal dan dibintangi aktris Slumdog Millionaire,  Freida Pinto. Film bersentral pada kehidupan Jebreal, yang hidup di sebuah panti asuhan di Yerusalem Timur yang didirikan oleh seorang wanita Palestina kaya. Jejak-jejak film ini dibangun dari hubungan dua perempuan dari awal pendirian panti asuhan berdasar kesepakatan damai Oslo tahun 1993. Film ini diputar di Venesia dan festival film Toronto tahun lalu.

Jean-Victor Nkolo, jurubicara presiden Majelis Umum, menegaskan bahwa Yusuf Deiss, presiden Majelis Umum, melihat film beberapa bulan yang lalu secara pribadi. "Ia menyukainya dan berpikir itu dapat memberikan kontribusi untuk diskusi yang berguna dan menarik tentang topik yang sudah berlangsung begitu lama," kata Nkolo.

Miral bertutur tentang seorang remaja Palestina yang secara bertahap menyadari penderitaan bangsanya setelah dibesarkan di panti asuhan yang didirikan  untuk merawat anak-anak yang kehilangan rumah setelah aneksasi Palestina pada tahun 1948. Tak lama setelah negara Israel lahir, Hind Husseini (Hiam Abbass) sedang dalam perjalanan untuk bekerja ketika ia melihat lebih dari 50 anak-anak Palestina berkeliaran tanpa tujuan di jalan-jalan. Peduli untuk kesejahteraan mereka, ia bersumpah untuk memastikan bahwa anak-anak terlindungi dengan baik dan tercukupi sandang pangannya.

Dengan waktu enam bulan telah berlalu, Husseini telah mengambil  hampir 2.000 anak-anak yatim, dan menciptakan Dar Al-Tifel Institute, yang beroperasi dengan filosofi bahwa perdamaian hanya bisa dicapai melalui pendidikan.

Kemudian masuklah ke pantinya Miral, gadis tujuh tahun (Freida Pinto), yang dikirim oleh ayahnya untuk tinggal di Dar Al-Tifel Institute setelah kematian ibunya pada tahun 1978. Terlalu muda untuk memahami perjuangan yang sedang berlangsung antara orang-orang Yahudi dan Palestina pada saat ia masuk institut, Miral tetap bahagia tahu tentang konflik yang terjadi di luar dinding sampai dia menerima posisi seorang guru di sebuah kamp pengungsi pada usia 17 tahun.

Realitas konflik yang sedang berlangsung mulaidipahami Miral, saat ia terlibat asmara dengan Hani (Omar Metwally), aktivis yang berniat merebut kembali tanah Palestina.

sumber : http://www.republika.co.id/berita/senggang/film-musik/11/03/23/171810-inilah-film-yang-bikin-yahudi-meradang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar